Kue berbentuk bulat dan kadang-kadang
dibuat dengan lubang di tengah itu atau dikenal dengan nama donat itu
semakin populer di Tanah Air. Jumlah pelaku bisnis donat itu sudah tidak
terhitung banyaknya. Mulai dari pedagang kelas kaki lima, kelas gerai,
hingga kelas restoran.
Ramainya penjaja donat itu juga
menggambarkan ketatnya persaingan di bisnis ini. Namun, bukan berarti
tidak ada pemain baru di bisnis ini. Lihat saja yang dilakukan Ridwan Iskandar dengan isterinya Fanina Nisfulaily yang dengan berani ikut nimbrung di bisnis donat.
Namun suami isteri itu menekuni bisnis
donat bukan dengan tanpa jurus baru. Pasangan ini punya racikan baru
dengan menambahkan madu pada adonan donat. “Butuh satu tahun bagi saya meracik donat dengan campuran madu itu,” klaim Ridwan yang mengaku menggunakan madu asli Sumbawa.
Setelah diuji coba dengan hasil
meyakinkan, pasangan ini pun memberanikan diri membuka gerai di Jalan
Cihanjuang Nomor 158 A Cimahi, Jawa Barat, Mei 2010 lalu. “Karena itu
donat kami berani nama Donat Madu Cihanjuang,” tambah Ridwan.
Walaupun terbilang baru, Donat Madu Cihanjuang ternyata cocok di lidah warga Cimahi. Hingga kini, Ridwan telah memproduksi 27 varian donat, di antaranya rasa almond, durian, pisang, abon, choco crispy, lemon, dan lainnya.
Setahun beroperasi, Ridwan memutuskan untuk mengembangkan usaha dengan cara kerja sama kemitraan. Tiga mitra pertama Donat Madu Cihanjuang mulai beroperasi April lalu, yakni di Depok, Bogor, dan Cinere.
Ridwan menilai, kemitraan perdana ini berjalan sukses. Sebagai bukti, tiga gerai itu semuanya ramai pengunjung.
Nah, dari situlah Ridwan
kemudian ingin mengembangkan usaha ini dengan cara waralaba sejak Juli
2011 lalu. Ridwan membuka waralaba hanya dengan investasi sebesar Rp 10
juta. Nilai investasi itu untuk mendapatkan hak atas penggunaan merek Donat Madu Cihanjuang, pelatihan karyawan, serta biaya promosi.
Setelah beroperasi, investor nanti mesti
membayar royalty fee 9 persen dari total omzet per bulan. Adapun untuk
kebutuhan peralatan kerja, seperti mesin pembuat adonan, interior gerai,
etalase donat dan tempat usaha harus disediakan oleh terwaralaba.
“Peralatan dan tempat sepenuhnya dari investor,” kata Ridwan.
Untuk bahan baku donat, sepenuhnya
disediakan Ridwan atau pemilik waralaba. “Bahan baku dibeli Rp 7,5 juta
untuk kebutuhan satu bulan,” tambah Ridwan.
Dengan penawaran itu, saat ini Ridwan
sudah mempunyai empat gerai waralaba. Keempat gerai terwaralaba Donat
Madu Cihanjuang itu ada di Situ Gintung, Lenteng Agung, Cireundeu, dan
Tanjung Barat.
Untuk menjaga kualitas dan cita rasa
donat tetap prima, Ridwan mempersiapkan sistem manajemen kontrol untuk
seluruh gerai Donat Madu Cihanjuang. “Kami mengontrol mulai dari
kebersihan dan juga pelayanan di masing-masing gerai,” kata Ridwan yang
merekrut dua karyawan khusus bagian kontrol ini.
Dalam simulasi hitungan balik modal dari Ridwan, gerai waralaba Donat
Madu Cihanjuang bisa balik modal dalam waktu lima sampai enam bulan.
Agar cepat balik modal, investor setidaknya mesti menjual empat paket
adonan atau setara dengan 300 potong donat dengan omzet Rp 900.000 per
hari atau setara dengan Rp 27 juta per bulan. Setiap potong donat dijual
seharga Rp 3.000 per potong.
Rully Lamryana, pengelola gerai Donat
Madu Cihanjuang di Bogor mengaku sudah bisa menjual sebanyak 600 donat
dengan omzet Rp 1,8 juta per hari atau Rp 54 juta per bulan. “Sekitar 80
persen pembeli kami sudah menjadi pelanggan tetap,” terang Rully.
Dalam waktu dekat ini akan ada tujuh
calon terwaralaba Donat Madu Cihanjuang lagi. Namun, Ridwan mengaku
tidak mau gegabah mencari terwaralaba baru. “Kami mesti memastikan
lokasi dan tempat usaha mereka dulu,” tegas Ridwan yang baru buka cabang
milik sendiri di Tebet, Jakarta Selatan itu.
0 komentar:
Posting Komentar